18.7.08

Proses Geologi Terbentuknya Mata Air Asin Kurulu

Secara Geologi Mata air asin yang terdapat di Kurulu ini terbentuk oleh mineral Kalsit (CaCO3). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh M. Hutasoit, dkk (1998) mata air asin ini berasal dari danau Habema.

Dengan mempergunakan oksigen dan hidrogen yang dianalisis dengan menggunakan sampel dari kedua contoh mata air asin yang ada dan berdasarkan interpretasi peta topografi ditemukan bahwa; Mata air asin ini berasal dari air bawah tanah. Berasal dari air meteoric (merupakan air yang berasal dari air hujan yang menyusup masuk ke tanah) lokal dan kadar garam yang dihasilkannya adalah akibat dari interaksi antara air dengan material batuan. Dimana air asin ini diperkirakan berasal dari mineral kalsit dimana mineral kalsit dapat kita temukan pada batupasir yang banyak kita temukan didaerah kurulu terutama di daerah mata air asin ini.
Secara megaskopis di sekitar daerah Mata air Asin Kurulu ini banyak ditemukan fosil-fosil yang terdapat di daerah ini hal ini dapat pula di indikasikan bahwa air asin yang terdapat di daerah Kurulu ini merupakan air purba (connate water) atau air yang terbentuk atau terjadi pada saat air laut surut, namun hal ini perlu penelitian lebih detail untuk menetukan umur maupun proses pembentukannya.
Air tanah dengan kadar garam tinggi yang dapat mencapai sepuluh kali lipat dari kadar garam yang terdapat pada air laut, secara umum dapat dijumpai pada batuan sedimenter. Air tanah ini tidak selalu terkait dengan aktifitas vulkanis maupun aktifitas laut yang ada. Tanpa memperhatikan asalnya, air ini dikenal sebagai air bentukan. Ketika air tanah ini menyembul ke permukaan ia akan menjadi mata air dengan kadar garam tinggi. Lokasi ini sangat jauh dari samudra/lautan karena terletak di kaki pegunungan Jayawijaya Tidak ada aktifitas vulkanik di sekitar kawasan tersebut (Edi Prasetyo, 2003).
Proses Pembuatan Garam dari Mata air Asin Kurulu
Proses pembuatan garam dengan dari Mata Air Asin Kurulu ini dilakukan dengan cara merendamkan pelepah pisang yang masih muda ke dalam Mata air asin Kurulu
selama kurang lebih 15 sampai 30 menit hingga batang dan kaun yang masih muda tersebut menunjukan warna kehitaman sampai ungu.. Hal ini dilakukan dua sampai tiga kali dengan maksud agar air asin tersebut dapat masuk diserap seluruhnya oleh pelepah pisang maupun kuncup daun yang masih muda.
Pelepah pisang inilah yang dijadikan sebagai bahan perasa/bumbu (garam) yang dicampurkan pada makanan atau masakan yang akan dimasak.
Hal ini telah dilakukan sejak Zaman dahulu dimana air garam ini bukan hanya di kenal oleh penduduk yang bermukim didaerah Kurulu saja, melainkan juga oleh penduduk disekitar daerah ini. Misalnya pada daerah selatan, timur, maupun bagian barat dari daerah kurulu ini.
Selain sebagai Garam, air dari pada mata air asin ini digunakan sebagai Obat tradisional untuk mengobati penyakit kulit(gatal-gatal panu, kurap dll), juga untuk mengobati sakit perut, dada, paru-paru yang dilakukan sejak zaman dahulu hingga kini oleh masyarakat setempat.

Gambar sketsa Penampang proses terbentuknya mata air asin kurulu (dimodifikasi oleh Penulis)

Keterangan Gambar :
1. Mata air Asin Kurulu
2. Prose perendaman pelepah pisang yang dijadikan wadah untuk menyerap zat Garam (Penulis (kanan) bersama Ibu Mege Daby (kiri).

Sumber Pustaka :
Lombok M Hutasoit, Ashari Y, 1998 “ The origin of saline spring water in balliem valley, Irian Jaya based on its isotopic composition.” Prosiding Pertemuan ilmiah tahunan XXVII Ikatan Ahli Geologi Indonesia(IAGI), Jakarta.
Edi Prasetyo, Dr.Eng. 2003 “ Danau Kars Berair Asin di Desa Kurulu Kab Jayawijaya”. Sebuah Tulisan yang dikirim lewat Email kepada peneliti. Penulis merupakan Peneliti Bidang Geologi Teknik dan Konservasi Lingkungan GEOTEKNOLOGI-LIPI Jakarta,(tidak dipublikasikan).
Vincent Kosay. 2003 “Study Terbentuknya Danau Kars Berair Asin Serta Pemanfaatanya Sebagai Bahan Baku Pembuatan Garam di Daerah Kurulu Kecamatan Wamena Kabupaten Jayawijaya Propinsi Papua”. Presentasi Seminar Industri, Jurusan Teknik Geologi STTNas, Yogyakarta.

4 komentar:

Puitika mengatakan...

Perlu penelitian lebih lanjut Dik... siapa tahu ada penemuan baru tentang bebatuan di daerah Kurima...Bukankah Dani terkenal dengan bebatuan zaman neolitikum..?

Puitika mengatakan...

Teruslah menulis dan update blogsnya...supaya sellau ada artike yang baru tentang suku Dani...

Unknown mengatakan...

Trimakasih atas masukannya..

barruu mengatakan...

kebudayaan yang mnyenangkan